Pengertian Public Relation
16.46.00- Menurut Scott M. Cutlip dan Allen H, Center, dalam Ruslan (2005 : 6) “Public Relation merupakan fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijksanaan dan tata cara seseorang atau organisai demi kepentingan publik, serta merencanakan dan melakukan suatu program untuk meraih pengertian, pemahaman, dan dukungan dari publiknya”
- Menurut Roberto Simoes Dalam Rumanti (2002 : 7)
- Public Relation merupakan proses interaksi. Public Relation menciptakan opini publik sebagai input yang menguntungkan kedua belah pihak.
- Public Relation adalah fungsi manajemen
- Public Relation merupakan aktivitas diberbagai bidang ilmu
- Public Relation merupakan profesi profesional dalam bidangnya, juga merupakan faktor yang sangat penting dalam pencapaian tujuan organisasi secara tepat
- Public Relation merupakan penerapan kebijaksanaan dan pelaksanaanya melalui interprestasi yang peka atas berbagai peristiwa.
- Defenisi J. C. Seidel, seorang Public Relation Director pada Division of housing di New York, yang berbunyi : “Public Relation adalah proses yang berkelanjutan dari usaha manajemen untuk memperoleh jasa baik dan pengertian dari pada langgannya, pegawai-pegawainya, dan public pada umumnya, kedalam mengadakan analisa dan koreksi (perbaikan-perbaikan) terhadap diri sendiri, ke luar mengadakan pernyataan yang berarti menguntungkan”
Pengertian
Public Relations ( PR ) adalah semua bentuk komunikasi yang
terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan
semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang
berlandaskan pada saling pengertian. Juga dapat disimbulkan bahwa, Public
Relation merupakan fungsi manajemen dari sikap budi yang direncanakan dan
dijalankan secara berkesinambungan oleh organisasi-organisasi, lembaga-lembaga
umum dan pribadi, yang dipergunakan untuk memperoleh dan membina saling
pengertian, simpati dan dukungan dari mereka yang ada hubungan dan diduga akan
ada kaitannya, dengan cara menilai opini publik, dengan tujuan
sedapat mungkin menghubungkan kebijaksanaan dan ketatalaksanaan, guna mencapai
kerja sama yang lebih produktif dan untuk memenuhi kepentingan bersama
yang lebih efisien, dengan kegiatan penerangan yang terencana dan tersebar
luas”.
4 model Public Relation
James
E. Grunig dan Todd Hunt dalam Grunig (1992:285), mengelompokkan model Public
Relation ke dalam empat model yaitu:
- Press Agentry
Model pertama ini didasarkan pada kerja agen pers dan publisitas yang
melakukan aktivitasnya dari pertengahan abad ke-19 hingga awal abad ke-20
(Butterick, 2012:30). Model ini memiliki fungsi untuk propaganda, informasi
bergerak satu arah, dari organisasi menuju publik. Model ini sama maknanya
dengan promosi atau publisitas.
- . Public Information
Model kedua ini didasarkan pada cara PR dipraktikkan pada perusahaan
besar pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 (Butterick, 2012:32). Model ini
merujuk pada pendekatan “public be informed” yang menyatakan bahwa informasi
dikirim keluar oleh sebuah organisasi. Informasi publik ini bertujuan untuk
memberi tahu kepada publik dan bukan untuk promosi dan publisitas, namun alur
komunikasinya tetap satu arah (Lattimore, 2004:58). Dalam model ini fungsi PR
secara esensial adalah sebagai wartawan dari dalam organisasi tersebut. Tugas
mereka adalah untuk melaporkan secara objektif informasi tentang organisasi
mereka kepada publik.
- . Two-way Asymmetric
Model ketiga ini menurut Grunig dan Hunt (1992:39), model ini diasosiasikan
dengan praktik yang dilakukan Edward Bernays pada pertengahan 1920 hingga 1950
(Butterick, 2012:32). Dalam model asimetris dua arah, praktisi PR berperan
sebagai mediator antara organisasi dan publik mereka. Menurut Lattimore
(2004:59), model ini menerapkan metode riset ilmu sosial untuk meningkatkan efektivitas
persuasi dari pesan yang disampaikan. Praktisi public relations dengan model
ini menggunakan survei, wawancara, dan fokus group untuk mengatur serta menilai
publik sehingga mereka bisa merancang program PR yang bisa memperoleh dukungan
dari publik. Walaupun timbal balik (feedback) dari semua itu dipertimbangkan ke
dalam proses pembuatan program, namun organisasi dengan model ini lebih
tertarik mengenai cara publik menyesuaikan diri dengan mereka ketimbang
sebaliknya, organisasi yang menyesuaikan dengan kepentingan publik. Grunig
(1992:39) menjelaskan bahwa model in merupakan cara PR untuk mengubah sikap
publik dengan tujuan atau sasaran organisasi.
- Two-way Symmetric
Menurut Butterick (2012:33) menyatakan bahwa model keempat ini
merupakan model yang telah masuk dalam sejarah perkembangan model komunikasi di
era modern. Karakter utama dari model ini ialah perusahaan ditantang untuk
melakukan dialog langsung dengan pemangku kepentingan tidak hanya membujuk
tetapi juga mendengarkan mempelajari, dan memahaminya sebagai proses komunikasi.
Grunig (1992:289) mengidentifikasi banyak asumsi dari model keempat ini yaitu
dari praktisi PR seperti Lee, Bernays juga John Hill. Asumsi yang dimasukkan
ialah “telling the truth”, “interpreting the client and public to one another,”
and “management understanding then viewpoints of employee and neighbors”. Model
two-way symmetric ini memberikan sebuah orientasi public relations bahwa
organisasi dan publik saling menyesuaikan diri. Mathee dalam Prasetyoningrum (2012:16) 26 menjelaskan
bahwa model ini berfokus untuk memperoleh rasa saling pengertian serta komunikasi
dua arah antara publik dan organisasi ketimbang persuasi satu arah. Dalam model
ini komunikasi dua arah yang jujur menjadi bagian penting dan memposisikan
kedua pihak yang berkomunikasi dalam kedudukan seimbang. Komunikasi yang terjalin
antara organisasi dengan publiknya adalah untuk mutual understanding. Dalam
model ini, komunikasi dijalankan dengan duaarah dengan efek yang seimbang atau balanced
effect. Tujuan dari model ini ialah mempresentasikan sebuah model yang
menyeimbangkan kepentingan pribadi dengan kepentingan publik dalam proses
memberi serta menerima yang bisa berfluktuasi antara advokasi dan kolaborasi.
0 komentar